Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
“Atas setiap tulang jari manusia ada sedekah
setiap kali matahari terbit. Engkau mendamaikan dua orang adalah sedekah;
engkau menolong seseorang menaiki binatang tunggangannya atau menaikkan
barang-barang di atasnya adalah sedekah; perkataan yang baik adalah sedekah;
setiap langkah untuk shalat adalah sedekah; dan menyingkirkan duri dari jalan
adalah sedekah.” (HR. Bukhari Muslim)
Seorang
Muslim yang menginginkan keberkahan dari usianya harus mengikuti tata kehidupan
harian dalam Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Seorang Muslim
dituntut untuk tidur dan bangun pada waktunya. Ia harus sudah meninggalkan
tempat tidurnya sewaktu fajar telah menyingsing atau paling lambat sebelum
matahari terbit agar dapat mendapatkan segarnya udara pagi. Rasulullah saw
selalu mendoakan keberkahan bagi umatnya yang bangun di pagi hari. “Ya
Allah, berikanlah kepada umatku keberkahan di waktu pagi.” (HR Ahmad)
Sebaliknya,
Allah dan Rasul-Nya mencela orang-orang yang mengubah tata kehidupan hariannya.
Merak berjaga hingga larut malam tanpa ada hal bermanfaat yang dilakukannya,
kemudian mereka tidur tanpa melakukan Tahajud dan tertinggal shalat Subuh.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah saw
menjelaskan bahwa saat tidur, setan akan mengikat tengkuk manusia dengan tiga
ikatan. Ketiganya hanya akan lepas apabila saat bangun ia berzikir (membaca
doa), kemudian berwudhu, dan menunaikan shalat. Dengan menjalankan aktivitas ini,
ia menjadi orang yang bersemangat, lapang dada lagi bersih jiwanya. Namun
sebaliknya, apabila dia tidak melakukan aktivitas ini, ia akan menjadi orang
malas atau kotor jiwanya. Di sini, kita menyaksikan sebuah perbedaan besar
antara orang yang terlepas dari ikatan setan dengan orang yang terikat oleh
ikatan setan.
Kehidupan
seorang Muslim yang baik dimulai dengan taat kepada Allah, melaksanakan shalat
wajib dan sunnah, serta memanjatkan doa-doa (ringan) pagi hari yang dicontohkan
Rasulullah saw. Dalam waktu-waktu itu, seorang Muslim pun dianjurkan untuk
membaca Al-Quran dengan khusyuk, tartil dan berusaha memahami maknanya.
Ia
pun perlu sarapan sederhana sebelum menunaikan amanah pekerjaan atau melakukan
sahur apabila dia akan berpuasa di siang harinya. Bekerja sungguh-sungguh
dengan cara halal adalah kewajiban penting orang beriman. Islam mengajarkan
kepada manusia untuk memanfaatkan setiap detik kehidupannya secara maksimal.
Islam pun melarang seseorang untuk hidup menyendiri tanpa bekerja. Diriwayatkan
oleh Baihaqi dari Abdillah bin Zubair, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Seburuk-buruk
sesuatu di alam ini adalah pengangguran.” Dengan demikian, pekerjaan
“duniawi” bagi seorang Muslim adalah bagian dari jihad apabila disertai niat
yang lurus, dijalankan dengan penuh amanah, dan tidak sampai melalaikan dia
dari mengingat Allah Swt.
Kewajiban
lain yang tidak boleh dilupakan adalah berbakti pada masyarakat (setelah
berbakti kepada orangtua dan keluarga), kemudian menolong orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya, sesuai kapasitas dan kemampuan diri. Nabi saw
menggolongkan hal ini sebagai sedekah. “Pajak kemasyarakatan” ini hukumnya
wajib dalam setiap harinya, bahkan termasuk kewajiban harian bagi setiap sendi
dan tulangnya. Beliau bersabda, “Atas setiap tulang jari manusia ada sedekah
setiap kali matahari terbit. Engkau mendamaikan dua orang adalah sedekah;
engkau menolong seseorang menaiki binatang tunggangannya atau menaikkan
barang-barang di atasnya adalah sedekah; perkataan yang baik adalah sedekah;
setiap langkah untuk shalat adalah sedekah; dan menyingkirkan duri dari jalan
adalah sedekah.” (HR Bukhari Muslim)
Pada
siang hari, saat matahari sedikit condong ke Barat, seorang Muslim diseur untuk
menunaikan shalat Zuhur tepat waktu dan berjamaah, akan sangat afdhal apabila
dilakukan di masjid. Shalat di awal waktu adalah keridhaan Allah, adapun shalat
berjamaah merupakan satu sunnah penting Rasulullah saw. Karena pentingnya
shalat berjamaah, beliau pernah mengancam akan membakar rumah orang-orang yang
meninggalkan amalan mulia ini. Tidak hanya pagi hari, pada siang hari pun ia
dianjurkan untuk makan dengan makanan yang halal lagi baik dan tidak
berlebih-lebihan.
Ketika
shalat Ashar tiba, seorang Muslim akan segera meninggalkan hiruk-pikuknya
pekerjaan dan perniagaan. Allah Swt berfirman, “Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah
dan (dari) mendirikan shalat dan (dari) membayar zakat. Mereka takut pada suatu
hari yang (pada hari itu) hari dan penglihatan menjadi goncang.” (QS
An-Nur, 24:37)
Saat
matahari tenggelam, ia harus segera menunaikan shalat Maghrib pada awal waktu
karena waktunya sempit. Seandainya tidak ada urusan penting yang menuntut
perhatian dan penyelesaian waktu itu juga, seorang Muslim dianjurkan untuk
membaca doa-doa sore hari yang ringan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah
saw.
Setelah
makan malam yang sederhana, seorang Muslim segera mendirikan shalat Isya’ dan
shalat sunnat dengan mengakhirkan shalat Witir hingga akhir malam apabila ia
terbiasa melaksanakan Tahajud. Kalau tidak biasa, ia dapat menunaikannya
sebelum tidur. Sebelum beranjak tidur, masih ada kesempatan baginya untuk
menunaikan hak dan kebutuhan lain, seperti bersilaturahmi, bercakap-cakap, dan
sebagainya.
Hal
yang tidak kalah penting, seorang Muslim harus menyediakan waktu untuk
berolahraga, belajar, membaca buku, majalah atau lainnya yang bermanfaat bagi
diri, agama, dan dunianya. Bukan pula suatu dosa bagi seorang Muslim untuk
menghibur dirinya dengan permainan, hiburan atau rekreasi yang dihalalkan.
Hiburan sama sekali tidak terlarang, asalkan tidak menyimpang dari aturan agama
dan dilakukan secara proporsional.
Semua
aktivitas ini, sejak dari bangun tidur hingga tidur kembali, pada hakikatnya
bernilai ibadah yang dikemas dalam satu paket sehingga menjadi sebuah
pendekatan integratif yang komprehensif. Dengan demikian, ibadah adalah sebuah
metode untuk mengoptimalkan fitrah (potensi) manusia secara menyeluruh. Bangun
pada sepertiga malam terakhir dan shalat pada saat-saat matahari berada di
titik tertentu di garis lintasannya sebagai contoh, haruslah dimaknai sebagai
sebuah bentuk komunikasi antara makhluk dan Rabbnya.
Shaum
Ramadhan yang Multifungsi
Miniatur
dari tata kehidupan seorang Muslim sebagaimana telah dideskripsikan di atas,
sejatinya tergambar jelas pada bulan Ramadhan ini. Pada bulan mulia ini seorang
Muslim dikondisikan untuk hidup secara teratur, di mana unsure ibadah menjadi
landasan utamanya. Oleh karena itu, ritual ibadah saat Ramadhan merupakan
sebuah kesempatan berharga bagi orang-orang beriman untuk memperbaiki dirinya
secara menyeluruh, baik luar dan dalam; jasmani maupun ruhani. Pada bulan yang
penuh berkah tersebut, seorang Muslim diberi kesempatan untuk melatih diri,
mengoptimalkan, sekaligus menyeimbangkan potensi fisik dan ruhiah yang
dimilikinya.
Adapun
peranan shaum untuk meningkatkan kualitas manusia dapat dijabarkan
sebagai berikut.
Pertama,
mengendalikan kebutuhan dasar manusia, khususnya
kebutuhan terhadap makanan. Secara naluriah manusia menginginkan pemenuhan yang
cepat, mudah, dan dengan hasil yang maksimal. Keinginan ini apabila tidak
dikendalikan biasanya akan melahirkan sikap tergesa-gesa, tidak perduli
terhadap sesame, dan menghalalkan segala cara. Itulah mengapa konsep hawwah
yang berarti perut sering diasosiasikan dengan hawa nafsu. Manifestasi rasa
lapar yang berawal dari perut dapat menjadi motivasi utama yang mendasari
setiap gerak dalam hidup. Dengan tirual puasa motivasi dasar ini bisa dilatih
dan dikendalikan agar berfungsi proporsional dan optimal dalam kehidupan.
Melalui puasa tidak hanya sistem perncernaan saja yang terlatih menahan lapar,
sistem pengambilan keputusan kita pun akan menjadi terlatih karena seluruh
sistem tubuh terintegrasi, saling memengaruhi, dan saling bekerja sama. Maka
tidak mengherankan apabila dampak positif puasa dapat diukur dari performa
fisik yang bersangkutan, seperti berkurangnya penyakit saluran pencernaan,
stabilnya kadar-kadar kolesterol dalam darah, kondisi jantung menjadi lebih
sehat, dan sebagainya.
Kedua, mengoptimalkan
jam biologis manusia. Allah
Swt merancang manusia dengan sangat sempurna. Salah satu bukti kemahasempurnaan
Allah adalah dikaruniainya manusia sebuah jam yang sangat canggih, yaitu jam
biologis. Jam yang satu ini berfungsi mengatur semua kegiatan tubuh manusia,
mulai dari bereproduksi, melakukan proses metabolism, sampai dengan istirahat.
Pengaturan ini dilakukan oleh jaringan kerja hormon otak yang dikendalikan oleh
kelenjar pineal (seat of the soul) yang diduga menjadi tempat
bersemayamnya jiwa (soul).
Nah,
ibadah yang dilakukan saat Ramadhan pada hakikatnya merupakan sebuah proses pelatihan
yang sangat tepat untuk mengoptimasi jam biologis manusia. Tidur setelah
Tarawih dan bangun pada sepertiga malam terakhir menjadi waktu istirahat yang
paling sesuai dengan fluktuasi kadar hormone otak. Istirahat yang optimal akan
berdampak pada kinerja perbaikan sistem tubuh dan peningkatan produktivitas
pada hari berikutnya.
Ketiga, melatih
kelembutan hati dan sikap empati. Kelembutan hati akan tumbuh seiring dengan meningkatnya
kepekaan perasaan. Secara biologis kelembutan hati dan kepekaan perasaan diatur
oleh hormone otak yang bernama serotonin, endorphin, dan preopioid melanokortin
(POMC). Ketiga hormone ini secara bersama-sama akan mendominasi kinerja otak
melalui latihan kesabaran dan rasa empati penderitaan orang lain seperti yang
kita rasakan saat puasa.
Keempat, mengoptimalkan
sistem kekebalan tubuh (sistem imun) manusia. Ibadah puasa dapat menjadi metode yang sangat efektif untuk
mengoptimasi kinerja sistem imun dan sistem endokrin manusia. Di dalam tubuh
manusia yang sangat rumit dan terdiri atas milyaran sel terdapat suatu
mekanisme komunikasi yang sangat canggih. Sistem komunikasi dalam tubuh manusia
berdasar ruang lingkup konektifitas terbagi atas divisi: autokrin,
parakrin, dan endokrin. Autokrin adalah komunikasi intrasel,
diperankan oleh faktor transduksi, transkripsi, dan pertumbuhan. Parakrin
adalah komunikasi intra jaringan (lokal), diperankan oleh sitokin dan faktor
pertumbuhan. Adapun endokrin adalah komunikasi antar jaringan bahkan organ yang
diperankan biasanya oleh hormon.
Cara
kerja sistem kekebalan tubuh manusia pun sangat dipengaruhi oleh kinerja sistem
hormone dari poros hipotalamus-hipofise-kelenjar anak ginjal. Betapa tidak,
mekanisme sistem imun dipengaruhi langsung oleh kadar hormone glukokortikoid
dan mineralokortikoid dari kelenjar anak ginjal. Sementara kinerja kelenjar
anak ginjal sangat bergantung kepada keberadaan hormon ACTH dan CRF (corticotrophin
releasing factor) dari poros hipotalamus-hipofise. Kadar kortisol yang
tinggi akan menekan sistem imun seluler maupun humoral. Tertekannya sistem imun
akibat tidak berimbangnya sistem endokrin biasa didapati pada keadaan
ketegangan psikis (ansietas dan depresi). Kecurigaan juga dapat
mengakibatkan tertekannya sistem imun melalui jalur hormon otak. Akibat nyata
dari tertekannya sistem imun adalah rentannya manusia terhadap berbagai
penyakit infeksi. Kondisi ketidakseimbangan hormone dan tidak optimalnya sistem
imun ini pun dapat memicu munculnya penyakit-penyakit degenerative seperti
jantung koroner dan perdarahan serebrovaskular (stroke).
Dengan
demikian, melalui aktivitas berpuasa kita dituntut untuk mensinkronisasikan
antara tuntutan kebutuhan dasar manusia (energy) dan pola pemenuhannya.
Selarasnya kedua hal ini akan menjadikan pemenuhan kebutuhan eneergi melalui proses
makan sebagai ibadah ghair mahdhah. Hal ini dapat menjadikan manusia bersifat
penyayang, sabar, mampu memandang masalah secara berimbang, serta mampu
menempatkan diri dalam berbagai situasi dengan tepat. Kemampuan mengendalikan
rasa lapar akan membawa manusia (berikut seluruh sistem tubuhnya) menjadi
makhluk mulia yang produktif, tidak bersifat instan, serta mampu mengenal diri
dan lingkungannya secara utuh.
Dengan
menjalani ibadah puasa beserta aktivitas sahur di dalamnya, proporsi ibadah,
waktu tidur-bangun, dan kegiatan harian yang kita lakukan adalah esensi nilai
ideal yang mencerminkan proses manajemen waktu yang sesuai dengan potensi
manusia.
Tidur
setelah kita melakukan ibadah dan terbangun di penghujung sepertiga malam untuk
makan sahur merupakan pola tidur yang paling tepat untuk manusia. Tepat di sini
mengandung arti mampi mengoptimalkan tampilan dan kinerja sistem tubuh
(khususnya endokrin atau hormonal) dab sistem pengambilan keputusan seorang
manusia.
Bonus
Bintang Lima
Semua
ibadah˗˗˗khususnya yang bersifat mahdhah˗˗˗memiliki sifat
repetitif, mengulang, dan regular atau rutin. Mengapa? Karena dengan
mengoptimalkan waktu dan memaknai secara sempurna elemen-elemen yang terdapat
dalam suatu ritual ibadah, sesungguhnya secara ilmu faal atau ilmu fungsi tubuh
kita telah mengoptimalkan peran “segumpal daging”, yaitu yang disebut dalam
Shahih Bukhari, jika segumpal daging tersebut baik, baik pula segalanya dan
jika buruk, buruk pula segalanya. Dalam ijtihad penulis, segumpal daging
tersebut adalah thalamus, sebuah stasiun pemancar sinyal otak yang terletak di
otak bagian tengah. Jika thalamus telah terlatih dan terkendali, aksis atau
sumbu HPA (hipotalamuspituitari-adrenalin) akan terlatih dengan baik juga.
Parameter
yang dapat diamati adalah terkendalinya hormone pengatur kecemasan yang
dinamakan kortisol. Jika kortisol berada dalam keadaan stabil, aka nada lima
indicator ketakwaan yang akan muncul, yaitu:
- Rasa tenang. Sensasi ini diatur dan dipengaruhi oleh kadar serotonin yang optimal, dalam arti tidak kurang dan tidak juga lebih.
- Rasa senang. Sensasi ini diatur antara lain oleh kadar endorphin, yaitu suatu “morfin” otak yang berfungsi menghadirkan kegembiraan dan kebahagiaan. Jika seseorang mengonsumsi narkoba, perbuatan itu mengindikasikan adanya malfungsi otak atau kurangnya intensitas dan kualitas ibadah orang yang bersangkutan.
- Rasa mencintai sesama yang dimanifestasikan dalam keinginan untuk berbagi (sedekah). Sensasi ini diperankan oleh oksitosin, sebuah hormon ysng sering dikaitkan dengan sistem reproduksi wanita. Apabila kita cermat mengamati, fungsi oksitosin jelas terlihat dalam diri seorang ibu yang penuh kelembutan, kasih sayang, dan perhatian yang tulus yang dia bagikan kepada segenap anggota keluarganya.
- Rasa bugar. Sensasi sehat dan segar ini diperankan antara lain oleh vasopressin yang bertugas mengatur stabilitas cairan yang pada gilirannya juga akan memengaruhi kinerja jantung dan ginjal.
- Rasa cinta yang ikhlas. Sebuah sensasi cinta hanya akan menempatkan Allah Swt sebagai satu-satunya tujuan hidup dan satu-satunya tempat kita bergantung. Qul huwallaahu ahad, Allaahush-shamad.
Insya
Allah, seorang Muslim yang menjalani hari-harinya dengan mencontoh Rasulullah
saw secarakaffah akan mampu merasakan ketenangan hidup di dunia (bebas
dari sifat keji dan mungkar) yang akan mengantarkan kita untuk meraih surge
kelak di akhirat. Dengan kata lain, semua ibadah yang ditentukan Allah dan
Rasul-Nya, merupakan sebuah “paket tarbiyah” untuk mengoptimalkan fungsi otak
dan pikiran agar selaras, selamat, dan bermanfaat di dunia maupun di akhirat.
Dan, momen Ramadhan adalah saat tepat untuk melatih dan mewujudkan hidup
berkeseimbangan, yang merupakan perwujudan dari konsep takwa. ***
Dr. dr. Tauhid Nur Azhar, M. Kes
2 komentar:
Dasyaaaaatttt. semoga bisa menjalankannya. Aamiin...
Subhanallah.. Memang Ramadhan hanya akan berlimpah berkahnya jika kita mengikuti keseharian di bulan Ramadhan itu sesuai dengan sunnah Rasul. Selama ini selalu merasa tidak pernah optimal menjalani bulan Ramadhan. Ya Allah, pertemukan aku lagi dengan Ramadhan dan berkahmu. Bismillah, hamasah!
Nice post, admin ;)
Posting Komentar