Kamis, 26 Desember 2013

Sekapur Sirih Dari Ketua FIKA 2013

Saudara-saudaraku di jalan Allah…


Allah berfirman dalam Al-Qur’an mengenai salah satu ciri orang-orang mu’min yang beruntung, “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.”(Al-Mu’minun[23]: 8). Imam Ghozali juga pernah berkata dalam salah satu percakapannya yang legendaris dengan murid-muridnya,

“Apa yang paling berat di dunia ini?”tanya Imam Ghozali. 
Ada yang menjawab “Besi dan gajah...”
“Semua jawaban adalah benar. Tapi yang paling berat adalah memegang amanah” (lihat Al-Ahzab[33]:72).
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak menyanggupi ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

Pembaca yang selalu dirahmati Allah…
Kita seharusnya adalah aktivis da’wah, namun ada juga yang malu mengemban predikat ini. Sejatinya berda’wah adalah kewajiban seluruh umat muslim dimanapun kakinya berpijak. Allah berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman,dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(Al-Imran[3]:110). Da’wah adalah perintah Allah, tinggal kita memilih mau menjadi aktivis da’wah atau menjadi pasifis da’wah? Kita diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih mengikuti jalan kebenaran atau tidak. Orang-orang yang tujuannya adalah surga-Nya niscaya akan selalu mengikuti apa yang diperintahkan Sang Pemilik Surga.

Saudara-saudaraku di jalan Allah…
Ingatkah dengan berita mengenai hari ketika umat manusia berkata kepada Adam ‘alaihisalaam, “Belalah kami di hadapan Tuhanmu. Bukankah anda telah menyaksikan bagaimana pedihnya penderitaan yang kami alami ini”. Adam pun menjawab, “Sesungguhnya pada hari ini Tuhan sangat marah kepadaku. Tidak pernah Dia marah semarah ini. Dia melarangku mendekati sebatang pohon, tetapi aku mendurhakaiNya. Wahai, aku salah! Aku salah! Karena itu pergilah kepada yang lain. Pergilah kepada Nuh!”. Sungguh kelak hari-hari kita akan terasa seperti mimpi. Namun waktu singkat di dunia ini adalah cobaan yang akan menentukan nasib kita berikutnya. Maka bersungguh-sungguhlah menentukan nasib kita. Dengan berda’wah(mendorong, memudahkan) kita melakukan amalan ahli surga. Berda’wahlah, karena orang kafir pun menyebarkan kekafirannya, yang menyebabkan lingkungan akan mengondisikan para penghuninya untuk berbuat kafir kecil maupun besar. Berda’wahlah, karena nikmat hidayah yang kita dapat juga merupakan karunia Allah oleh sebab orang-orang yang berda’wah. Berda’wahlah, karena mendiamkan kemungkaran merupakan sikap meremehkan perintah Allah. Berda’wahlah, karena kita adalah umat terbaik. 

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “ Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Benar-benar kalian harus memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar, atau Allah akan mengirimkan untuk kalian hukuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya, namun permohonan kalian tak lagi dikabulkan.”(HR Ahmad, dinilai Hasan Al-Albani dalam sahih Al-Jami’ hadists no. 7070. Lihat TAfsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal.66). Berda’wahlah dimanapun kita berada dengan lembaga apapun, ataupun sebagai seorang muslim.



Terima kasih teman-teman yang udah bantu di FIKA selama setahun ini. Semoga segala amal baiknya Allah terima sebagai ibadah. Dan da’wah tidak berhenti dengan pergantian kepengurusan, tidak juga berhenti dengan lulusnya kita dari SMA. Memang ada beberapa orang yang cenderung ingin berganti identitas setelah lulus dari SMA, malah ada yang ganti nama(panggilan). Tapi ingatlah seperti apapun dinamika pencarian identitas, kita tetaplah seorang muslim yang harus menaati segala perintah Allah. 

Sabtu, 30 November 2013

SEMANGAT BERPRESTASI

Mengapa ada orang-orang yang mempunyai energi yang begitu besar untuk meraih sesuatu? 
Mengapa ada orang yang penuh gairah dalam menghadapi tantangan? 
Mengapa ada orang yang sangat ingin berprestasi? 
Terlepas dari apa motivasi seseorang itu meraih prestasi, mereka selalu mempunyai kesamaan, yaitu, mempunyai energi yang melimpah, berani menghadapi tantangan dan ambisi besar untuk diwujudkan. Itulah kenapa banyak pakar perilaku berpendapat bahwa keberhasilan adalah sikap. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang terus gigih meraih prestasi adalah kemampuannya untuk memompakan semangat untuk berprestasi. Berikut ada beberapa tips untuk memompakan semangat berprestasi.


1. Jadilah diri sendiri.
Kalau ambisi sahabat berprestasi adalah untuk mengalahkan orang lain, sahabat akan segera kehabisan energi positif dalam bekerja. Dorongan yang muncul lebih banyak bersifat negatif yang dapat mengganggu kejernihan pandangan sahabat. Jangan bandingkan diri sahabat dengan orang lain. Kenali saja siapa diri sahabat,dan jadilah diri sahabat sendiri. Itu jauh lebih sehat bagi kepribadian sahabat.

2. Menyusun visi, target, dan jadwal pencapaian.
Susunlah gambaran besar yang ingin sahabat raih dalam di masa depan. Buatlah sesulit mungkin, namun percayalah sahabat bisa mencapainya. Lalu kembangkan ke dalam target-target jangka pendek, serta tentukan waktu kapan sahabat akan meraihnya. Perjalanan sejauh ribuan kilometer dicapai dengan selangkah demi selangkah.

3. Belajar terus, dan berusaha mempunyai keahlian khusus.
Jangan berhenti belajar, namun tak perlu mempelajari semuanya. Kenali apa kekuatan sahabat untuk menjadi seorang ahli agar sahabat mampu menuntaskan pekerjaan dengan hasil yang baik. Sahabat akan merasakan kesenangan jika sahabat mampu menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya. Mempelajari semua hal memang baik untuk menambah wawasan dan kebijakan, namun jika sahabat tak punya sebuah keahlian yang menjadi keunikan diri sahabat sendiri, maka sahabat takkan tahu apa yang ingin sahabat kerjakan dengan baik. Hanya karena sahabat ahli, sahabat akan menetapkan standar yang tinggi. Sedangkan, standarr tinggi adalah salah satu kualitas dari seorang yang berprestasi.

4. Melakukan apa yang sahabat sukai.
Lakukan apa yang sahabat cintai. Ini akan menumbuhkan semangat dan kesenangan alam setiap pekerjaan. Sahabat akan temukan bahwa keberhasilan bukan sesuatu yang ada di depan sana, namun berjalan seiring dengan apa yang sahabat kerjakan.

5. Jangan menyia-nyiakan peluang.
Jangan terlalu banyak memikirkan masalah uang atau penghasilan yang sahabat peroleh. Jauh lebih penting sahabat memperoleh tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan sahabat. Lalu bersungguh-sungguh mengerjakannya. Pikirkan bagaimana sahabat bisa memperbaiki keadaan yang ada dalam tanggung jawab sahabat. Seringkali keberhasilan besar bersembunyi di balik sebuah peluang yang kelihatannya sepele.

6. Temukan kegembiraan dalam setiap langkah.
Perhatikan anak-anak kecil belajar, mereka menunjukkan kegembiraan saat erangkat sekolah, saat di kelas, saat beristirahat, saat pulang bahkan saat mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Temuka kegembiraan yang sama di setiap langkah sahabat. Jika sahabat tak menemukannya, mungkin sahabat berada di jalan yang keliru. Segera renungkan kembali apa yang ingin sahabat raih.

7. Berbagi atas keberhasilan yang bisa diraih.
Tak apa jika sahabat ingin menikmati sebuah keberhasilan kecil yang bisa sahabat raih. Namun, jangan semata-mata melakukannya sendiri. Bagilah dengan orang lain. Berbagi kegembiraan justru melipatgandakan kegembiraan sahabat. Ucapan selamat yang diberikan orang lain pada sahabat sangat efektif untuk memompa semangat sahabat meraih yang lebih baik lagi.

8. Tidak bersedih atas kegagalan.
Satu hal yang sangat meruntuhkan semangat adalah kegagalan. Namun, mereka yang mempunyai keinginan berprestasi yang tinggi, kegagalan justru memacu mereka untuk belajar dan berusaha lebih baik lagi. Terimalah kegagalan sebagaimana adanya. Buka kembali buku pelajaran sahabat, mungkin ada yang terlewatkan. Berlatih terus dan coba lagi. Keberhasilan selalu didahului oleh kegagalan. Itu mengapa orang bijak mengatakan, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Sumber :
http://www.jibes.ac.id/jibes/index.php/tips-semangat-berprestasi
Gambar:
www.google.com

Selasa, 15 Oktober 2013

Berkorban dengan Berkurban

Bismillah...
Menjadi panitia idul adha itu...rasanya sesuatuuuuu banget. Kenapa? Karena ini merupakan pengalaman pertama saya benar-benar terlibat langsung dalam acara idul adha di lingkungan rumah. Biasanya di tahun-tahun lalu saya hanya menjadi penonton yang duduk manis mengamati 'keriweuhan' bapak-bapak dan ibu-ibu yang menjadi panitia idul adha. Ada yang bagian menyembelihlah, nimbang daginglah, bagi-bagi kupon penerima daging kurbanlah, bahkan mengamati anak-anak kecil yang lari-lari main di sekitar mesjid. Mungkin kalau diantara pembaca semua sudah sering kali ya jadi panitia kurban. haha

Kali ini saya diamanahi menjadi panitia kurban bagian menghitung dan memberi nama. Menghitung, ya apalagi kalau bukan menghitung berapa 1/3 dari keseluruhan daging kambing, 1/3 dari keseluruhan daging sapi dan juga menghitung berapa berat daging tiap bungkusnya. Kalau memberi nama itu jadi saya nulis di kertas nama-nama pekurban untuk menandai daging mana punya siapa. Hm, ngerti kan? 

Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari pengalaman tadi. Pertama, belajar menghitung dengan teliti. Haha. Iya dong. Kedua, belajar bersosialisasi dengan masyarakat. Ada yang ngomongnya pake bahasa sunda kadang campur juga sama bahasa Indonesia. Suka bingung sih jadinya ngomong nyunda atau Indonesia aja nih ya. haha. Ya pinter-pinter menempatkan diri aja sih.  

Berikut ini sedikit dokumentasi mengenai kegiatan idul adha di kompleks rumah saya. hehehe.

Yang ini saat proses 'mutilasi' kambing

Kalau yang ini pas sapinya baru mau digulingkan. (hahay kayak presiden aja digulingkan. ups)

'Mutilasi' juga. 

Nah ini dia detik-detik yang paling menegangkan bagi sapi, yakni penyembelihan.

Hayoo, temukan sejuta perbedaan antara foto ini dan foto sebelumnya. hihihi

Pelajaran selanjutnya yang bisa diambil hikmahnya adalah saling berbagi. Ini adalah salah satu makna dari kurban itu sendiri, bukan?! Seekor sapi yang dikurbankan hanya dibeli oleh tujuh orang, tetapi hasil penyembelihannya tidak hanya dinikmati oleh ketujuh orang tersebut, melainkan oleh berpuluh-puluh orang. Begitupun dengan kambing yang dikurbankan. Indahnya berbagi dapat dirasakan disini.

Pelajaran lainnya adalah tentang pengorbanan. Tentu kita ingat kisah Nabi Ibrahim a.s dan Ismail a.s yang menjadi asal usul dari adanya perayaan Idul Adha ini. Mimpi yang dialami Ibrahim a.s saat itu sungguh sangat tidak masuk akal. Terlebih jika peristiwa itu terjadi di zaman sekarang ini. Tetapi dengan keyakinan yang kuat pada  Sang Maha Penggenggam Alam Semesta, Ismail a.s ikhlas mempersilahkan ayahnya melakukan sesuai dengan apa yang ada pada mimpinya dan Ibrahim a.s pun rela mengorbankan anaknya untuk disembelih. Sungguh suatu pengorbanan yang sangat agung dari seorang ayah pada anaknya. Bayangkan jika hal itu terjadi hari ini. Mana ada ayah yang tega menyembelih leher anaknya sendiri. Oleh karena itu, Alloh SWT akhirnya menyuruh Ibrahim a.s menyembelih kambing yang letaknya tidak jauh darinya sebagai tebusan.       

Hikmah apa yang bisa kita petik dari kisah tersebut?
Yup. Pengorbanan. Dari ayah untuk anak juga sebaliknya. Tidak hanya itu. Pengorbanan itu bisa kita tujukan lebih luas lagi. Bisa untuk diri sendiri, untuk kedua orang tua, adik, kakak, keluarga, untuk almamater (ceileee...) , untuk tanah air tercinta dan untuk siapa saja yang mungkin sudah berjasa bagi kita ataupun bagi mereka yang kita cintai. Tentu rasa ikhlas harus diikutsertakan didalamnya agar Alloh SWT meridhai. In shaa Alloh...

Jadi,mau berkorban untuk siapakah kita...? 

Jumat, 20 September 2013

Sebuah Renungan

And finally ...


Honesty often hurts
But lie hurts more when it is found out

To be given is a happy moment
And to give is the true happiness

Many are afraid of dead bodies
Instead of being afraid of death itself

Success in facing  failure
Is better than failure in responding to success

The gifts that we get from God
Are always much more than we ask for

Gratitudes that we show
Are never more than the prayers we say

We often turn our back to God
But God always gives us a great deal of care

May be God says:
"You should be ashamed!"

But we just walk away
As if nothing happens

And finally ...



Dan Akhirnya ...

Kejujuran seringkali menyakitkan
Tapi kebohongan lebih menyakitkan saat diketahui

Diberi adalah saat yang membahagiakan 
Dan memberi, adalah kebahagiaan sesungguhnya 

Banyak yang lebih takut orang mati
Daripada kematian itu sendiri

Berhasil menyikapi kegagalan
Lebih baik daripada gagal menyikapi keberhasilan

Anugerah yang kita terima dari Tuhan 
Selalu lebih banyak daripada apa yang kita minta

Terima kasih yang kita perlihatkan
Tak pernah melebihi doa yang kita ucapkan

Kita sering tak menghiraukan Tuhan
Padahal Tuhan selalu memperhatikan kita

Mungkin Tuhan pun Berkata:
"Harusnya engkau malu!"

Tetapi kita pun hanya berlalu
Seperti tidak terjadi apa-apa

Dan akhirnya ...

Bandung, 12 Juli 2004
Muhammad Agung Wibowo
 dalam bukunya Tafakur, Gado-Gado Simpang Lima








Rabu, 14 Agustus 2013

Melestarikan Spirit Ramadhan

Bismillah...
                Ramadhan baru saja kita lalui. Tentu kita berharap agar pada tahun-tahun mendatang kita masih diberikan oleh Allah SWT kesempatan bertemu Ramadhan kembali. Spirit apakah yang seharusnya kita warisi dan lestarikan pasca-Ramadhan?
                Sebagai sebuah madrasah, pendidikan Ramadhan idealnya menjadi momentum mengubah mental spiritual untuk meningkatkan kualitas hidup sekaligus memperkuat hubungan dan kedekatan dengan Allah SWT, sehingga kita bisa raih ampunan dan rahmat-Nya sekaligus tergolong orang-orang bejo (al-faizun).
                Ramadhan menghadirkan nuansa spiritual yang sangat mendalam bahwa Allah SWT selalu “hadir” bersama kita. Karena itu, spirit ramadhan yang menghadirkan suasana dan sinyal religiusitas yang kuat ini patut dipertahankan, bahkan ditingkatkan, misalnya, dengan melanjutkan puasa enam hari di Syawal.
                Ramadhan sejatinya merupakan bulan kebahagiaan. Setidaknya kita perlu mewarisi dan melestarikan spirit kebahagiaan bersama Ramadhan. Pertama, kebahagiaan fisikal, berupa kegemberian dan kenikmatan luar biasa saat berbuka setelah menahan diri tidak makan dan minum. “Orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan yaitu kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat bertemu dengan Tuhannya (kelak di akhirat).”(HR Muslim). Merasa gembira dan nikmat saat makan indikator bahagia secara fisik.
                Kedua, kebehagiaan intelektual. Selama Ramadhan kita dilatih memperbanyak membaca Al-Qur’an, belajar Islam, dan sebagainya. Membaca, belajar, dan berlatih diri berarti memenuhi kebutuhan otak dan akal, sehingga kita bisa merasakan kebahagiaan intelektual. Kebahagiaan yang tak dapat diraih makhluk selain manusia.
                Ketiga, kebahagiaan sosial. Spirit kebersamaan dan berjamaah pada Ramadhan mewarnai kehidupan spiritual kita. Saat yang sama, kita juga dilatih gemar bersedekah, berinfak, berbagi, dan berzakat. Sedekah, infak, dan zakat merupakan bentuk kepedulian sosial untuk kebahagiaan sosial untuk membahagiakan orang lain, terutama kaum fakir miskin. “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain.”(HR at-Thabrani).
                Keeempat,kebahagiaan emosional. Berlatih menahan lapar, dahaga, dan aneka godaan duniawi lainnya merupakan kebahagiaan psikis yang luar biasa. Mukmin yang bisa bersabar adalah Mukmin yang bahagia.
                Kelima, kebahagiaan spiritual. Kebahagiaan ini tercermin pada ketaatan dan ketekunan kita dalam beribadah kepada Allah SWT. Kedekatan dan “pertemuan spiritual” inilah yang sesungguhnya membahagiakan diri, lebih-lebih jika kita mendapat janji Allah berupa “garansi” ampunan-Nya.
               Spirit Ramadhan yang bermuara pada kebahagiaan itu idealnya menjadi komitmen meningkatkan amal ibadah pasca-Ramadhan. Mari kita tindak lanjuti dan tingkatkan aneka amaliah Ramadhan yang sudah pernah dijalani selama Ramadhan itu dalam 11 bulan berikutnya dengan ber-fastabiqul khairat menuju ridha-Nya. Muhbib Abdul Wahab

sumber: Republika edisi 14 Agustus 2013

Senin, 29 Juli 2013

Jangan Sedih Ukhti saat 'sang bulan' datang di Bulan Ramadhan

Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Telah kita ketahui bersama bahwa shaum/puasa di bulan ramadhan hukumnya diwajibkan, bagi setiap muslim demikian juga bagi muslimah adalah wajib hukumnya yang sudah baligh dan berakal sehat.

Khusus bagi muslimah ada beberapa ketentuan yang diperbolehkan berbuka (tidak shaum) disiang hari pada bulan ramadhan, salah satunya yaitu ketika ‘datang bulan’. Muslimah yang sedang ‘datang bulan’ atau nifas di bulan ramadhan dilarang melaksanakan shaum, dan diwajibkan mengqhdanya pada hari-hari lain.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Dari Abu Sa’id Al Khudriy Radhiyallahu Anhu “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda : “Bukankah Wanita itu jika sedang haidh dia tidak shalat dan tidak shaum/berpuasa? Itulah kekurangan agamanya.” (HR. Bukhari.)

Walaupun tidak diperbolehkan shaum dan shalat, jangan bersedih ukhti, tentunya kita sebagai muslimah tidak akan kehilangan momentum keutamaan dan keberkahan di bulan ramadhan yang segala amalan dilipatgandakan pahalanya,yaitu melakukan amalan-amalan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Banyak ibadah sunnah lainnya yang dianjurkan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu :

a.Menyediakan dan memberi ifthar (hidangan berbuka),kepada orang-orang yang shaum baik bagi anggota keluarga maupun saudara-saudara umat Islam. Ifthar adalah amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, karena mengandung pahala yang besar dan kebaikan yang berlimpah.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

" Barang siapa yang memberi ifthar (hidangan untuk berbuka) orang-orang yang shaum/berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang shaum/berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun". (H.R. Bukhari Muslim)

b. Menjauhi Larangan Agama

Muslimah yang bijak tentunya berupaya memanfaatkan setiap detik ketika bulan Ramadhan walaupun ketika sedang haid, dan terhalang menunaikan shaum masih mendapat pahala yaitu dengan berusaha menjauhi segala yang dilarang oleh Agama,dan berusaha menjaga lisan dengan tidak mengunjing dan selalu berusaha berkata-kata yang manfaat.

Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda :

“Barangsiapa Tidak meninggalkan perkataan dusta dan ghibah maka tiada artinya di sisi ALLAH baginya shaum/puasa dari makan dan minum" (HR Bukhari).

c Memperbanyak Berdoa dan Berdzikir Sepanjang Hari.

Berdoa dibulan ramadhan adalah sangat mustajab, dan sangat dianjurkan, tentunya sebagai muslimah juga memanfaatkan waktu dengan senantiasa memperbanyak berdoa dan bedzikir setiap saat,

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,Bahwa” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda "“Tidak ada kaum/seseorang yang Berdzikir kepada ALLAH kecuali mereka di kelilingi oleh malaikat-malaikat, di liputi oleh Rahmat, turun kepada mereka ketentraman, dan ALLAH menyebut mereka sebagai orang-orang yang di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

Walau muslimah ketika haid tidak diperbolehkan shalat ,namun demikian ketika adzan usai dikumandakan sangat dianjurkan untuk berdoa dan berdzikir .

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Dari Jabir Bin Abdullah Radhiyallahu Anhu Bahwa” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda "Barangsiapa mendengar panggilan adzan lalu ia Berdoa 'Ya Allah Ya Rabb.. Pemilik seruan yang sempurna ini, dan shalat yang akan didirikan, karuniakanlah kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Wasilah dan keutamaan dan tempatkanlah ia di tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan' Akan Mendapatkan Syafaatku kelak pada hari kiamat (HR. Bukhari).

d. Mengingatkan anggota keluarga dalam kebaikan, terutama saudara laki-laki agar senantiasa shalat berjamaah dimesjid.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Dan jikalau mereka mengetahui apa-apa yang ada dalam shalat Isya’ dan shubuh niscaya mereka mendatangi keduanya bahkan mereka akan mencintainya.”
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan bersama-sama ke masjid di kegelapan dengan cahaya yang sempurna pada hari akhir nanti.”
(H.R At Tirmidzi).


e. Mengingatkan anggota keluarga untuk menunaikan shalat sunat terutama shalat sunnat dhuha dan shalat sunat qiyamul lail.

Sebagaimana kita telah ketahui bersama bahwa shalat sunnat dhuha dan shalat sunnat qiyamul lail adalah merupakan ibadah yang dianjurkan oleh Allah Subhanahu wa Ta`ala dan Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam .Terlebih bila kita menunaikannya di saat bulan ramadhan yang penuh limpahan rahmat dan karunia-Nya,banyak faedah dan keutamaannya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah,lalu duduk dzkir kepada Allah Subhanu wa Ta’ala ’hingga terbit matahari,kemudian shalat dhuha dua rakaat,maka untuknya pahala haji dan umrah,sempurna,sempurna,sempurna .” (HR. At Timidzi)

“Hendaklah kalian mendirikan qiyamul lail,karena dia adalah amalan orang-orang shalih sebelum kalian,jalan untuk mendekatkan pada Rabb kalian,penghapus dosa-dosa,pencegah maksiat, dan penolak masuknya penyakit ke badan”. (HR. At Tirmidzi).

f. Menyibukkan diri menuntut Ilmu yang Manfaat.

Salah satu kreteria wanita sholehah adalah” selalu bersemangat dalam menuntut ilmu,semangat dalam mengamalkan ilmu nya,dan semangat dalam mengajak orang lain agar mengamalkan ilmunya,dengan demikian di bulan ramadhan ini walau terhalang dengan tidak shaum seyogiyanya menyibukkan diri meluangkan waktu untuk bersemangat menuntut ilmu yang manfaat dunia dan akhirat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut Ilmu,Niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan jalan menuju Surga Baginya”. (H.R. Muslim)

“Barangsiapa wafat dalam menuntut Ilmu (dengan maksud) untuk mengidupkan Islam, Maka antara dia dan Nabi-Nabi satu derajat di dalam Surga.”(H.R. At Thabrani)


Jadi, jangan bersedih ukhti, ketika ‘sang bulan’ datang kita tetap bisa memanfaatkan momen di bulan Ramadhan dengan baik. Mudah-mudahan manfaat buat kita semua, Yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,Yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan ’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq Watawa saubil shabr “.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala . Senantiasa Menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahuma AAmiin.

sumber: facebook

Rabu, 17 Juli 2013

Ramadhan di Perantauan

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dulu...
“BANGUUUN! SAHUUUR!” ibu kita dengan semangat membangunkan kita untuk sahur.
Sekarang...
“TETOTETETOTEEEEET” bunyi alarm yang dengan luar biasanya membangunkan kita untuk sahur.

Itulah mungkin yang dirasakan sebagian besar para perantau di saat bulan Ramadhan sedangkan dirinya belum bisa kembali ke rumah karena masih aktif di kegiatan kampus (panitia ospek misalnya) atau sedang kuliah (SP atau matrikulasi misalnya).
Dulu sih mau sahur atau membantu mempersiapkan sahur, ifthar, dan tarawih masih bisa bareng sama keluarga.
Kalau sekarang, sahur harus nyiapin sendiri. Yang bangunin? Alarm. Kalau pas awal Ramadhan-nya akhir bulan (seperti tahun 2013 ini), bisa-bisa sahur sama mie instan plus telor aja, syukur-syukur bisa tambah kerupuk(Wah tapi usahakan tidak seperti ini yaa. Harus tetap bergizi makanannya ;)). Kalau biasanya di siang hari bisa diisi dengan full ibadah, sekarang pagi sampai sore yang dipikirin adalah kuliah dan rapat. Ngga ada bedanya dengan hari kita kuliah biasa. Kapan ibadahnyaaa???

Eits! Tunggu dulu teman-teman. Memang itu realitanya. Tapi sadarkah kita bahwa rapat dan kuliah itu ibadah? Hayo! Ust. Syafi'i Antonio pernah bilang kalau ibadah itu bukan sekedar ibadah-ibadah yang selama ini kita tahu seperti halnya shalat, zakat, sedekah, shaum, dan lain-lain,melainkan juga kuliah, bahkan rapat, itu juga ibadah. Segala hal baik yang kita lakukan dengan tujuan mengharapkan ridho Alloh disebut dengan ibadah. Kuliah itu ibadah karena kita mencari ilmu untuk mendapatkan derajat yang tinggi dari Alloh, supaya Alloh ridho dengan kita. Nah, rapat juga ibadah. Ketika kita memberikan pendapat dan usulan dengan mengharapkan ridho Alloh, in shaa Alloh itu juga ibadah. So, banyak hal positif yang bisa kita dapatkan meskipun jauh dari keluarga. Beberapa diantaranya adalah...

1.       Mandiri
Kok bisa? Udah jelas kan, kita harus bangun sahur sendiri, siapin sahur sendiri, harus mikirin mau ifthar sama apa dan dimana sendiri. Dari situ kita bisa belajar untuk mandiri, bertanggung jawab pada diri sendiri. Udah tau kita bakal sahur sendiri, ya kita persiapin dari malamnya. Persiapinnya gimana? Itu balik lagi ke kebutuhan kita masing-masing. Mau sahur pake ayam goreng, berarti dari malam harus siapin ayamnya, berasnya, minumnya, minyaknya, dan lain-lain. Dan semua itu yang siapin ya diri sendiri. Entah belanja di pasar, atau beli di Alf*m*rt, atau di-mart-mart yang lainnya.

2.       Hemat
Kenapa hemat? Bukan tiba-tiba jadi hemat sih, tapi BELAJAR UNTUK HEMAT. Karena biasanya anak kosan itu dikasih uang sakunya perbulan kan. Jadi hidup kita di bulan itu kita sendiri yang atur keuangannya. Misal uang bulanannya 600.000 perbulan. Berarti harus mulai pikirin, kalau sekali makan 10.000, dua kali makan (buka dan sahur) berarti 20.000 sehari. Dikali 20 hari (misal 10 hari terakhir anggap udah di rumah), jadi untuk makan di bulan Ramadhan adalah 400.000 rupiah. Sisanya 200.000 kan. Itulah yang harus dihemat-hemat untuk bisa menutupi kalau-kalau ada hal lain yang perlu dibeli. Misal tiba-tiba sabun udah habis aja nih, harus beli baru. Pasta gigi habis, harus beli baru. Tiba-tiba ada acara buka bersama (atau bagi-bagi ifthar bersama) gitu, berarti uang yang dikeluarin untuk buka gak 10.000, bisa sampai 20.000-an kan. Itu juga harus dipikirin dari awal. Pokoknya anak kosan itu benar-benar harus mulai bisa mengatur keuangannya sendiri. Dari situlah kita belajar untuk hemat.

3.       Time management
Apaan nih time management? Insya Allah semua orang yang benar-benar serius menjalankan ibadah shaum di bulan Ramadhan pasti pada punya target bulan Ramadhan kaaaaan? Misal khatam Qur’an 2 kali. Nah yang anak kosan ini mereka pasti masih banyak kegiatan kan (makanya mereka stay di kosan juga). Jadi, kita dituntut berpikir cara mengatur waktu untuk bisa siapin sahur sendiri dan targetan ibadah seperti misalnya qiyamul lail tetap kelaksanain. Berarti bangunnya harus lebih pagi lagi. Gimana caranya bisa menuhin target tilawah 2 juz perhari dengan kegiatan yang padat di setiap harinya. Hal-hal itu yang membuat kita bisa mengatur waktu kita sebaik-baiknya. Supaya amanah terlaksana, ibadah juga lancar.

Nah nah nah...
Terus apa aja nih tips-tips supaya bisa memaksimalkan Ramadhan kita meskipun tinggal di kosan dengan sejuta kesibukan. Beda, kan, orang yang sibuk tapi tetap bisa pulang ke rumah, dengan orang yang sibuk DAN harus menetap di kosan.
Tipsnya adalah....
--SELALU pasang ALARM GANDA tiap hari untuk bisa bangunin kita sahur (misal alarm bunyi 15 menit sekali atau 30 menit sekali). Kalau mau qiyamul lail dulu perhitungkan aja harus bangun jam berapa.
--SIAPIN bahan-bahan untuk sahur dari SEMALAM-nya. Jangan mendadak mikir mau sahur apa pas udah waktunya sahur, berabe nanti.
--Kalau ada targetan tilawah, MAKSIMALKAN waktu setelah shalat subuh dan qiyamul lail. Misal targetannya 2 juz perhari, kalau perlu baca 1 juz aja langsung. Karena di siang hari belum tentu ada waktu tilawah yang lama. Jadi 1 juz lagi bisa dicicil di pagi-malamnya. Kalau targetannya 1 juz perhari? Yaa hitung-hitung aja lah sendiri. Hehe :p. 

--Selalu perhitungkan apakah di hari itu kegiatan kita selesai sebelum magrib atau tidak. Kalau kira-kira kegiatannya sampai lewat dari magrib, harus bawa minum, untuk minimal ngebatalin shaum kita.
--Perbanyak asupan BUAH DAN SAYUR untuk menyeimbangkan kembali cairan tubuh kita yang berkurang akibat shaum seharian. 

Itulah tips yang bisa kami berikan (sebagai anak kosan juga). Kalau ada lebih dan kurangnya itu kembali pada kreativitas masing-masing untuk bisa survive di “medan perangnya” masing-masing.
Semangat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan! Jauh dari keluarga bukanlah halangan melainkan sebuah akselerasi untuk kita bisa lebih dulu belajar hidup mandiri (walaupun masih dengan uang orang tua, hahaha).
Semoga semua targetan Ramadhan kita tercapai dan semua kesibukan amanah kita dinilai sebagai ibadah yang diberkahi dan diridhoi oleh Allah SWT. Aamiin


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
(Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik)
Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sabtu, 22 Juni 2013

Bonus Bintang Lima Bagi Ahli Ibadah

Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



 “Atas setiap tulang jari manusia ada sedekah setiap kali matahari terbit. Engkau mendamaikan dua orang adalah sedekah; engkau menolong seseorang menaiki binatang tunggangannya atau menaikkan barang-barang di atasnya adalah sedekah; perkataan yang baik adalah sedekah; setiap langkah untuk shalat adalah sedekah; dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari Muslim)
Seorang Muslim yang menginginkan keberkahan dari usianya harus mengikuti tata kehidupan harian dalam Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Seorang Muslim dituntut untuk tidur dan bangun pada waktunya. Ia harus sudah meninggalkan tempat tidurnya sewaktu fajar telah menyingsing atau paling lambat sebelum matahari terbit agar dapat mendapatkan segarnya udara pagi. Rasulullah saw selalu mendoakan keberkahan bagi umatnya yang bangun di pagi hari. “Ya Allah, berikanlah kepada umatku keberkahan di waktu pagi.” (HR Ahmad)
Sebaliknya, Allah dan Rasul-Nya mencela orang-orang yang mengubah tata kehidupan hariannya. Merak berjaga hingga larut malam tanpa ada hal bermanfaat yang dilakukannya, kemudian mereka tidur tanpa melakukan Tahajud dan tertinggal shalat Subuh. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah saw menjelaskan bahwa saat tidur, setan akan mengikat tengkuk manusia dengan tiga ikatan. Ketiganya hanya akan lepas apabila saat bangun ia berzikir (membaca doa), kemudian berwudhu, dan menunaikan shalat. Dengan menjalankan aktivitas ini, ia menjadi orang yang bersemangat, lapang dada lagi bersih jiwanya. Namun sebaliknya, apabila dia tidak melakukan aktivitas ini, ia akan menjadi orang malas atau kotor jiwanya. Di sini, kita menyaksikan sebuah perbedaan besar antara orang yang terlepas dari ikatan setan dengan orang yang terikat oleh ikatan setan.

Kehidupan seorang Muslim yang baik dimulai dengan taat kepada Allah, melaksanakan shalat wajib dan sunnah, serta memanjatkan doa-doa (ringan) pagi hari yang dicontohkan Rasulullah saw. Dalam waktu-waktu itu, seorang Muslim pun dianjurkan untuk membaca Al-Quran dengan khusyuk, tartil dan berusaha memahami maknanya.
Ia pun perlu sarapan sederhana sebelum menunaikan amanah pekerjaan atau melakukan sahur apabila dia akan berpuasa di siang harinya. Bekerja sungguh-sungguh dengan cara halal adalah kewajiban penting orang beriman. Islam mengajarkan kepada manusia untuk memanfaatkan setiap detik kehidupannya secara maksimal. Islam pun melarang seseorang untuk hidup menyendiri tanpa bekerja. Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Abdillah bin Zubair, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Seburuk-buruk sesuatu di alam ini adalah pengangguran.” Dengan demikian, pekerjaan “duniawi” bagi seorang Muslim adalah bagian dari jihad apabila disertai niat yang lurus, dijalankan dengan penuh amanah, dan tidak sampai melalaikan dia dari mengingat Allah Swt.
Kewajiban lain yang tidak boleh dilupakan adalah berbakti pada masyarakat (setelah berbakti kepada orangtua dan keluarga), kemudian menolong orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, sesuai kapasitas dan kemampuan diri. Nabi saw menggolongkan hal ini sebagai sedekah. “Pajak kemasyarakatan” ini hukumnya wajib dalam setiap harinya, bahkan termasuk kewajiban harian bagi setiap sendi dan tulangnya. Beliau bersabda, “Atas setiap tulang jari manusia ada sedekah setiap kali matahari terbit. Engkau mendamaikan dua orang adalah sedekah; engkau menolong seseorang menaiki binatang tunggangannya atau menaikkan barang-barang di atasnya adalah sedekah; perkataan yang baik adalah sedekah; setiap langkah untuk shalat adalah sedekah; dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah.” (HR Bukhari Muslim)
Pada siang hari, saat matahari sedikit condong ke Barat, seorang Muslim diseur untuk menunaikan shalat Zuhur tepat waktu dan berjamaah, akan sangat afdhal apabila dilakukan di masjid. Shalat di awal waktu adalah keridhaan Allah, adapun shalat berjamaah merupakan satu sunnah penting Rasulullah saw. Karena pentingnya shalat berjamaah, beliau pernah mengancam akan membakar rumah orang-orang yang meninggalkan amalan mulia ini. Tidak hanya pagi hari, pada siang hari pun ia dianjurkan untuk makan dengan makanan yang halal lagi baik dan tidak berlebih-lebihan.
Ketika shalat Ashar tiba, seorang Muslim akan segera meninggalkan hiruk-pikuknya pekerjaan dan perniagaan. Allah Swt berfirman, “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah dan (dari) mendirikan shalat dan (dari) membayar zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (pada hari itu) hari dan penglihatan menjadi goncang. (QS An-Nur, 24:37)
Saat matahari tenggelam, ia harus segera menunaikan shalat Maghrib pada awal waktu karena waktunya sempit. Seandainya tidak ada urusan penting yang menuntut perhatian dan penyelesaian waktu itu juga, seorang Muslim dianjurkan untuk membaca doa-doa sore hari yang ringan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw.
Setelah makan malam yang sederhana, seorang Muslim segera mendirikan shalat Isya’ dan shalat sunnat dengan mengakhirkan shalat Witir hingga akhir malam apabila ia terbiasa melaksanakan Tahajud. Kalau tidak biasa, ia dapat menunaikannya sebelum tidur. Sebelum beranjak tidur, masih ada kesempatan baginya untuk menunaikan hak dan kebutuhan lain, seperti bersilaturahmi, bercakap-cakap, dan sebagainya.
Hal yang tidak kalah penting, seorang Muslim harus menyediakan waktu untuk berolahraga, belajar, membaca buku, majalah atau lainnya yang bermanfaat bagi diri, agama, dan dunianya. Bukan pula suatu dosa bagi seorang Muslim untuk menghibur dirinya dengan permainan, hiburan atau rekreasi yang dihalalkan. Hiburan sama sekali tidak terlarang, asalkan tidak menyimpang dari aturan agama dan dilakukan secara proporsional.
Semua aktivitas ini, sejak dari bangun tidur hingga tidur kembali, pada hakikatnya bernilai ibadah yang dikemas dalam satu paket sehingga menjadi sebuah pendekatan integratif yang komprehensif. Dengan demikian, ibadah adalah sebuah metode untuk mengoptimalkan fitrah (potensi) manusia secara menyeluruh. Bangun pada sepertiga malam terakhir dan shalat pada saat-saat matahari berada di titik tertentu di garis lintasannya sebagai contoh, haruslah dimaknai sebagai sebuah bentuk komunikasi antara makhluk dan Rabbnya.
Shaum Ramadhan yang Multifungsi
Miniatur dari tata kehidupan seorang Muslim sebagaimana telah dideskripsikan di atas, sejatinya tergambar jelas pada bulan Ramadhan ini. Pada bulan mulia ini seorang Muslim dikondisikan untuk hidup secara teratur, di mana unsure ibadah menjadi landasan utamanya. Oleh karena itu, ritual ibadah saat Ramadhan merupakan sebuah kesempatan berharga bagi orang-orang beriman untuk memperbaiki dirinya secara menyeluruh, baik luar dan dalam; jasmani maupun ruhani. Pada bulan yang penuh berkah tersebut, seorang Muslim diberi kesempatan untuk melatih diri, mengoptimalkan, sekaligus menyeimbangkan potensi fisik dan ruhiah yang dimilikinya.
Adapun peranan shaum untuk meningkatkan kualitas manusia dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pertama, mengendalikan kebutuhan dasar manusia, khususnya kebutuhan terhadap makanan. Secara naluriah manusia menginginkan pemenuhan yang cepat, mudah, dan dengan hasil yang maksimal. Keinginan ini apabila tidak dikendalikan biasanya akan melahirkan sikap tergesa-gesa, tidak perduli terhadap sesame, dan menghalalkan segala cara. Itulah mengapa konsep hawwah yang berarti perut sering diasosiasikan dengan hawa nafsu. Manifestasi rasa lapar yang berawal dari perut dapat menjadi motivasi utama yang mendasari setiap gerak dalam hidup. Dengan tirual puasa motivasi dasar ini bisa dilatih dan dikendalikan agar berfungsi proporsional dan optimal dalam kehidupan. Melalui puasa tidak hanya sistem perncernaan saja yang terlatih menahan lapar, sistem pengambilan keputusan kita pun akan menjadi terlatih karena seluruh sistem tubuh terintegrasi, saling memengaruhi, dan saling bekerja sama. Maka tidak mengherankan apabila dampak positif puasa dapat diukur dari performa fisik yang bersangkutan, seperti berkurangnya penyakit saluran pencernaan, stabilnya kadar-kadar kolesterol dalam darah, kondisi jantung menjadi lebih sehat, dan sebagainya.
Kedua, mengoptimalkan jam biologis manusia. Allah Swt merancang manusia dengan sangat sempurna. Salah satu bukti kemahasempurnaan Allah adalah dikaruniainya manusia sebuah jam yang sangat canggih, yaitu jam biologis. Jam yang satu ini berfungsi mengatur semua kegiatan tubuh manusia, mulai dari bereproduksi, melakukan proses metabolism, sampai dengan istirahat. Pengaturan ini dilakukan oleh jaringan kerja hormon otak yang dikendalikan oleh kelenjar pineal (seat of the soul) yang diduga menjadi tempat bersemayamnya jiwa (soul).
Nah, ibadah yang dilakukan saat Ramadhan pada hakikatnya merupakan sebuah proses pelatihan yang sangat tepat untuk mengoptimasi jam biologis manusia. Tidur setelah Tarawih dan bangun pada sepertiga malam terakhir menjadi waktu istirahat yang paling sesuai dengan fluktuasi kadar hormone otak. Istirahat yang optimal akan berdampak pada kinerja perbaikan sistem tubuh dan peningkatan produktivitas pada hari berikutnya.
Ketiga, melatih kelembutan hati dan sikap empati. Kelembutan hati akan tumbuh seiring dengan meningkatnya kepekaan perasaan. Secara biologis kelembutan hati dan kepekaan perasaan diatur oleh hormone otak yang bernama serotonin, endorphin, dan preopioid melanokortin (POMC). Ketiga hormone ini secara bersama-sama akan mendominasi kinerja otak melalui latihan kesabaran dan rasa empati penderitaan orang lain seperti yang kita rasakan saat puasa.
Keempat, mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh (sistem imun) manusia. Ibadah puasa dapat menjadi metode yang sangat efektif untuk mengoptimasi kinerja sistem imun dan sistem endokrin manusia. Di dalam tubuh manusia yang sangat rumit dan terdiri atas milyaran sel terdapat suatu mekanisme komunikasi yang sangat canggih. Sistem komunikasi dalam tubuh manusia berdasar ruang lingkup konektifitas terbagi atas divisi: autokrin, parakrin, dan endokrin. Autokrin adalah komunikasi intrasel, diperankan oleh faktor transduksi, transkripsi, dan pertumbuhan. Parakrin adalah komunikasi intra jaringan (lokal), diperankan oleh sitokin dan faktor pertumbuhan. Adapun endokrin adalah komunikasi antar jaringan bahkan organ yang diperankan biasanya oleh hormon.
Cara kerja sistem kekebalan tubuh manusia pun sangat dipengaruhi oleh kinerja sistem hormone dari poros hipotalamus-hipofise-kelenjar anak ginjal. Betapa tidak, mekanisme sistem imun dipengaruhi langsung oleh kadar hormone glukokortikoid dan mineralokortikoid dari kelenjar anak ginjal. Sementara kinerja kelenjar anak ginjal sangat bergantung kepada keberadaan hormon ACTH dan CRF (corticotrophin releasing factor) dari poros hipotalamus-hipofise. Kadar kortisol yang tinggi akan menekan sistem imun seluler maupun humoral. Tertekannya sistem imun akibat tidak berimbangnya sistem endokrin biasa didapati pada keadaan ketegangan psikis (ansietas dan depresi). Kecurigaan juga dapat mengakibatkan tertekannya sistem imun melalui jalur hormon otak. Akibat nyata dari tertekannya sistem imun adalah rentannya manusia terhadap berbagai penyakit infeksi. Kondisi ketidakseimbangan hormone dan tidak optimalnya sistem imun ini pun dapat memicu munculnya penyakit-penyakit degenerative seperti jantung koroner dan perdarahan serebrovaskular (stroke).
Dengan demikian, melalui aktivitas berpuasa kita dituntut untuk mensinkronisasikan antara tuntutan kebutuhan dasar manusia (energy) dan pola pemenuhannya. Selarasnya kedua hal ini akan menjadikan pemenuhan kebutuhan eneergi melalui proses makan sebagai ibadah ghair mahdhah. Hal ini dapat menjadikan manusia bersifat penyayang, sabar, mampu memandang masalah secara berimbang, serta mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi dengan tepat. Kemampuan mengendalikan rasa lapar akan membawa manusia (berikut seluruh sistem tubuhnya) menjadi makhluk mulia yang produktif, tidak bersifat instan, serta mampu mengenal diri dan lingkungannya secara utuh.
Dengan menjalani ibadah puasa beserta aktivitas sahur di dalamnya, proporsi ibadah, waktu tidur-bangun, dan kegiatan harian yang kita lakukan adalah esensi nilai ideal yang mencerminkan proses manajemen waktu yang sesuai dengan potensi manusia.
Tidur setelah kita melakukan ibadah dan terbangun di penghujung sepertiga malam untuk makan sahur merupakan pola tidur yang paling tepat untuk manusia. Tepat di sini mengandung arti mampi mengoptimalkan tampilan dan kinerja sistem tubuh (khususnya endokrin atau hormonal) dab sistem pengambilan keputusan seorang manusia.
Bonus Bintang Lima
Semua ibadah­­­­˗˗˗khususnya yang bersifat mahdhah˗˗˗memiliki sifat repetitif, mengulang, dan regular atau rutin. Mengapa? Karena dengan mengoptimalkan waktu dan memaknai secara sempurna elemen-elemen yang terdapat dalam suatu ritual ibadah, sesungguhnya secara ilmu faal atau ilmu fungsi tubuh kita telah mengoptimalkan peran “segumpal daging”, yaitu yang disebut dalam Shahih Bukhari, jika segumpal daging tersebut baik, baik pula segalanya dan jika buruk, buruk pula segalanya. Dalam ijtihad penulis, segumpal daging tersebut adalah thalamus, sebuah stasiun pemancar sinyal otak yang terletak di otak bagian tengah. Jika thalamus telah terlatih dan terkendali, aksis atau sumbu HPA (hipotalamuspituitari-adrenalin) akan terlatih dengan baik juga.
Parameter yang dapat diamati adalah terkendalinya hormone pengatur kecemasan yang dinamakan kortisol. Jika kortisol berada dalam keadaan stabil, aka nada lima indicator ketakwaan yang akan muncul, yaitu:
  • Rasa tenang. Sensasi ini diatur dan dipengaruhi oleh kadar serotonin yang optimal, dalam arti tidak kurang dan tidak juga lebih.
  • Rasa senang. Sensasi ini diatur antara lain oleh kadar endorphin, yaitu suatu “morfin” otak yang berfungsi menghadirkan kegembiraan dan kebahagiaan. Jika seseorang mengonsumsi narkoba, perbuatan itu mengindikasikan adanya malfungsi otak atau kurangnya intensitas dan kualitas ibadah orang yang bersangkutan.
  • Rasa mencintai sesama yang dimanifestasikan dalam keinginan untuk berbagi (sedekah). Sensasi ini diperankan oleh oksitosin, sebuah hormon ysng sering dikaitkan dengan sistem reproduksi wanita. Apabila kita cermat mengamati, fungsi oksitosin jelas terlihat dalam diri seorang ibu yang penuh kelembutan, kasih sayang, dan perhatian yang tulus yang dia bagikan kepada segenap anggota keluarganya.
  • Rasa bugar. Sensasi sehat dan segar ini diperankan antara lain oleh vasopressin yang bertugas mengatur stabilitas cairan yang pada gilirannya juga akan memengaruhi kinerja jantung dan ginjal.
  • Rasa cinta yang ikhlas. Sebuah sensasi cinta hanya akan menempatkan Allah Swt sebagai satu-satunya tujuan hidup dan satu-satunya tempat kita bergantung. Qul huwallaahu ahad, Allaahush-shamad.
Insya Allah, seorang Muslim yang menjalani hari-harinya dengan mencontoh Rasulullah saw secarakaffah akan mampu merasakan ketenangan hidup di dunia (bebas dari sifat keji dan mungkar) yang akan mengantarkan kita untuk meraih surge kelak di akhirat. Dengan kata lain, semua ibadah yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya, merupakan sebuah “paket tarbiyah” untuk mengoptimalkan fungsi otak dan pikiran agar selaras, selamat, dan bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Dan, momen Ramadhan adalah saat tepat untuk melatih dan mewujudkan hidup berkeseimbangan, yang merupakan perwujudan dari konsep takwa. ***
 
Dr. dr. Tauhid Nur Azhar, M. Kes

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...