Rabu, 30 April 2014

Bener - Bener Idola

Pada suatu kesempatan Rasulullah SAW pernah menyatakan, “Janganlah kalian memujiku secara berlebihan seperti halnya orang-orang nashrani memuja Isa bin Maryam secara berlebihan, sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah hamba Allah dan utusan-Nya” (Riwayat Bukhari 3445).

Itu adalah nash yang diucapkan oleh lisan mulia berabad-abad yang lalu. Pada saat itu beberapa orang Sahabat memberikan penghormatan dengan berdiri tegak saat beliau datang (bukan berdiri untuk menyambut atau menyalaminya, tapi berdiri menghormat).

Rasulullah SAW, insan tershalih dan paling baik sepanjang masa enggan mendapat pujian bahkan melarang keras umatnya  agar tidak kelewat batas memujinya seperti halnya yang telah diperbuat oleh orang-orang nashrani terhadap nabi Isa as.

Namun sungguh kondisi berbalik dan semakin tidak jelas. Di era yang sarat dengan informasi dan teknologi, banyak umat islam yang menjadikan selebritis sebagai idola. Orang yang ketahuan keshalihannya banyak mendapat pujian dan acungan jempol hingga sampai derajat yang melebihi ambang batas. Profil yang jelas-jelas bermaksiat kepada Allah SWT bahkan kafir kepada-Nya menjadi idola dan panutan. Naudzubillah min dzalik

 
Mengidolakan Rasulullah SAW, ada dua sebab mengapa Rasulullah SAW layak kita jadikan idola : pertama dari kacamata agama kita, mengidolakan dan mencintai Rasulullah SAW, bernilai ibadah dan wajib hukumnya. Disini, gak boleh ada unsur tawar menawar lagi
Alasan kedua adalah setiap sisi kehidupan beliau menunjukkan keteladanan dan performa sempurna sebagai seorang manusia. Dilihat dari sudut pandang logika dan nilai kemanusiaan, alasan kedua ini sangat beralasan . Secara logika, orang mengidolakan sesuatu karena ia menganggap sesuatu itu memiliki kelebihan, entah secara fisik, intelektual, atau kepribadian.


Dilihat dari tampilan fisik, sangat sulit menyebut beliau pas- pas an. Beliau sangat ganteng, badannya atletis, proporsional, tegap dan harum. Dilihat dari segi intelektual tidak ada seorang pun yang meragukan kecerdasan beliau. Pemikirannya hebat, keputusannya akurat, strateginya brilian, dan sederet keunggulan lainnya. Dilihat dari kepribadian, tidak ada yang menyangsikan kemuliaan pribadi Nabi, sebelum diangkat menjadi utusan Allah SWT, gelar Al-Amin (manusia terpercaya, paling jujur dan paling kredibel) sudah orang-orang sematkan kepada beliau.
Dan cukuplah kita melihat bagaimana Ali bin Abu Thalib, bertutur tentang pesona akhlak Rasulullah SAW, “Akhlak Rasulullah SAW, mudah dicontoh, ramah, tidak kasar, tidak keras, tidak suka menyindir, tidak berkata kotor, tidak suka mencela, tidak suka main-main, dan cepat melupakan apa yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkannya, tidak pernah putus harapan kepadanya. Beliau tidak suka mengecewakan. Beliau meninggalkan tiga hal, untuk manusia yaitu :beliau tidak pernah mencela seseorang dan tidak pernah menghinanya, tidak pernah membuka rahasia seseorang, dan tidak berbicara kecuali dalam hal-hal yang mendatangkan pahala. Jika  beliau berbicara, pendengarnya diam dan tenang, jika beliau berhenti berbicara barulah mereka mulai berbicara. Mereka  tidak pernah bersilat lidah di hadapan beliau. Beliau tertawa pada hal yang membuat mereka tertawa dan beliau bersabar terhadap orang asing atas kekasaran pembicaraan dan permintaannya, walau para sahabatnya menjawab dengan kasar pula. Beliau bersabda, jika kalian melihat seseorang yang membutuhkan bantuan, bantulah. Jangan menerima pujian kecuali dari hal yang pantas dan jangan memotong pembicaraan seseorang sampai ia mengizinkannya.” (Riwayat Ath Thabrani)
Maka nggak ada alasan bagi kita untuk tidak mengidolakan Rasulullah SAW, karena selain beliau adalah idola semu belaka dan lewat jika dibandingkan dengan Beliau.

(Al faqir ilaa’auni Rabbihi)


Diambil dari :Elfata (Media Muslim Muda) Edisi 10 Volume 10 l 2010

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...