Kamis, 28 Februari 2013

Kriteria Pemimpin dalam Islam

Bismillahirrahmaanirrahiim 
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Menjadi pemimpin itu memang amanah yang sangat berat. Sahabat Rasulullah Saw pun menangis ketika mendapatkan amanah yang sangat berat seperti ini. Lalu kenapa orang sekarang kok tampaknya gila kekuasaan? Semuanya rame-rame daftar buat jadi pemimpin negara, udah gitu saling sikut juga, saling dorong dan menjatuhkan buat dapet posisi diatas. Lantas jadinya kan kita bertanya-tanya “Terus gw pilih yang mana dong kalau gitu?”. Jangan khawatir, walaupun kita sulit mendapatkan pemimpin seperti di masanya para Sahabat setidaknya kita masih bisa memilih yang mendingan diantara mereka. Hehe
“Caranya gimana?” Nah berikut adalah beberapa kriteria pemimpin dalam Islam yang diambil dari kitab Al-Islam, Said Hawwa.
  • Seorang Pemimpin Harus Beragama Islam
Tugas seorang pemimpin dalam Islam yaitu menegakan agama islam dan mengarahkan politik Negara sesuai dengan aturan-aturan Islam. Barangkali sudah jelas yang beginian ini hanya bisa dilakukan oleh seorang muslim yang meyakini agamanya dengan sungguh-sungguh, mengetahui dasar-dasar dan petunjuk Islam.
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (Wali jamaknya auliyaa, berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah” (Ali Imran:28)
  • Laki-laki
“Tidak akan sukses suatu kaum yang memasrahkan (kepemimpinan) mereka kepada wanita” (HR Bukhari, Tirmidzi, Nasa’I dan Ahmad)
Kalau baca hadist ini mungkin sebagian cewe ada yang baru tau dan ngerasa, “kok gitu sih, kok dibeda-bedain, gender bet!!”
Tenang aja ukhti.. Allah mana ada salah sih? Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan kelebihannya masing-masing, tujuannya saling melengkapi kok. Untuk pembahasan lebih rincinya temen-temen boleh baca kitab Al-Islam Said Hawwa di Bab “Hakikat Laki-laki & Perempuan”
  • Akil Balig
Sudah barang tentu seorang pemimpin itu harus Akil Balig. Ga boleh tuh anak kecil, Orang hilang ingatan, orang sakit jiwa mimpin Negara. Bayangin aja kalau Boyband Coboy Junior pada nyalon jadi Gubernur Jabar, temen-temen mau? Hehe. Kenapa ga boleh? Soalnya anak kecil, orang sakit jiwa, dan hilang ingatan tidak diminta pertanggung jawaban sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah saw. “Pena (pencatat amal) di angkat (tidak digunakan untuk mencatat amal) tiga golongan: anak kecil hingga ia sampai masa akil balig, orang yang tidur hingga ia bangun, dan orang gila hingga ia sadar. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
Orang yang belum bisa menanggung dan bertanggungjawab atas diri sendiri, sudah jelas tidak mungkin bertanggung jawab atas diri orang lain.
  • Pandai
Tentunya pemimpin harus pandai. Ada beberapa hal yang harus dikuasai seorang pemimpin. Yaitu ilmu Islam, pengetahuan ilmiah yang luas, pengetahuan umum, sejarah dan pengetahuan tentang Negara di dunia, undang-undang, politik, dan perdagangan Internasional.
  • Adil
Dalam memimpin banyak orang tentunya akan bersinggungan dengan tipikal dan keadaan yang bermacam-macam, tentunya ini menuntut seorang pemimpin berlaku adil.
  • Mempunyai Kemampuan
Kalau dalam memimpin ga boleh modal nekat ya, hehe pastikan temen-temen tau pemimpin mana yang bener-bener berkemampuan.
  • Sehat Jasmani
Sebagian ulama mensyaratkan bahwa seorang pemimpin haruslah sehat dan tidak cacat karena dikhawatirkan akan mengganggu kemampuan kerja.
  • Syarat Tambahan
Syarat tambahan ini boleh ada, ketika kondisi menuntut ditambahnya syarat karena demi kemaslahatan umum. Misalnya pemimpin harus memiliki tingkat pendidikan sejauh apa. Semuanya ditetapkan dengan musyawarah.
Setelah tau kriteria nya seperti apa kita sudah bisa lebih cerdas dong dalam memilih pemimpin kita, usahakan kita cari tau dulu sebanyak-banyaknya ya tentang orang yang mau kita pilih. Jangan pernah melihat seseorang dari “tampaknya” “kayaknya” atau “katanya”. Pastikan dan bismillah, pilih!!
Semoga Allah memaafkan aatas segala kesalahan yang ada dalam artikel ini. Hanyalah Allah yang Maha Sempurna.




Sabtu, 16 Februari 2013

WE ONLY LIVE ONCE

Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Termenung ku di atas bumi
Memikirkan apa sebenarnya tujuan aku hidup
Kadang di atas menikmati jamuanNya
tapi, kadang pula terjatuh terperosok
sangat dalam ke jurang dosa dan maksiat
Iman memang bisa hilang
Waspadalah dan selalu dekat dengan Allah SWT
Mintalah perlindungan padaNya
Coz WE ONLY LIVE ONCE

Ada tebak-tebakan. Seorang anak muda yang berpenampilan menarik, populer dan kaya raya, sudah bisa membeli rumah dan mobil sendiri bahkan lebih dari satu. Siapakah dia? Jawabannya bisa pengusaha bisa juga artis. Bisa jadi gabungan keduanya yaitu artis yang menjalani usaha. Atau ada jawaban lain? Rasanya kedua profesi itulah yang paling tepat. Yup, seorang artis atau public figure. Nah, menurut defininisinya public figure adalah seorang individu yang dikenal oleh masyarakat luas baik karena profesi maupun kompetensinya. Sebenarnya selain artis, pejabat negara juga masuk ke dalam kategori ini.

Sayangnya, banyak kabar tidak sedap menimpa para artis tanah air. Satu yang paling sering adalah mengenai artis yang kedapatan mengonsumsi narkoba. Terakhir, artis Raffi Ahmad ketahuan mengonsumsi narkoba golongan I yakni turunan katinon. Sebelumnya ada Sammy 'Kerispatih', Roy Martin, Musisi Fariz R M, dan masih banyak lagi. Naudzubillah...

Sekilas tentang zat katinona ini, merupakan zat adiktif terlarang golongan I yang berarti tidak diperuntukkan dalam pengobatan karena sangat berbahaya bagi kesehatan walau dalam dosis sedikit, terkandung dalam tanaman Catha edulis atau khat. Zat ini hanya bisa digunakan untuk penelitian ilmu pengetahuan saja. Efek yang ditimbulkan adalah halusinasi, hilangnya nafsu makan, dan panik. Penggunakan secara kronis atau terus menerus bisa menimbulkan kejang jantung hingga kematian.

Beberapa hari setelah penangkapan Raffi Ahmad di kediamannya beserta orang yang diduga mengonsumsi barang yang sama, ditayangkan video wawancara presenter televisi swasta nasional dengan seorang bandar narkoba yang tidak diperlihatkan wajah aslinya. Menarik sekali mengikuti alur pembicaraan keduanya. Banyak rahasia yang dibeberkan oleh sang bandar kepada presenter tentang penyebaran narkoba di Indonesia yang selama ini dilakukan jaringannya.

Selain artis, masih banyak sasaran 'pemakai' yang mereka kejar. Menurut penuturannya ternyata diketahui bahwa peredaran narkoba di Indonesia sudah sangat luas. Salah satunya dilakukan di dalam penjara dengan cara menyuap para sipir dan ditegaskan olehnya bahwa itu hal yang sudah sangat biasa. Kemudian, di lingkungan kepolisian pun sama. Polisi yang seharusnya mencegah bandar narkoba melakukan aksinya malah melindungi dan juga tergiur sebagai 'pemakai'. Bahkan yang membuat 'takjub' adalah bahwa peredaran narkoba sudah sampai ke Istana Negara. Masya Allah...Kalangan pejabat saja sudah mulai dipengaruhi oleh barang haram tersebut. Bagaimana kemudian membangun optimisme di tahun 2015 nanti Indonesia akan bebas narkoba seperti yang dicanangkan pemerintah dan BNN? Hmm...

Kemudian, ada satu pernyataan yang dia lontarkan dan membuat geram orang yang mendengarnya. Dia bilang," Silahkan saja polisi, kemudian BNN berhasil mengamankan 1 ton atau lebih ganja atau narkoba yang lain. Kami masih punya lebih dari itu. Itu hanya sebagian kecil sekali dari persediaan yang kita punya. Hanya seujung jari saja." katanya dengan penuh percaya diri.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Sebenarnya kita semua sudah mengetahui jawaban atas permasalahan narkoba ini, yakni kembali kepada agama yang benar, kepada Al-Qur'an dan kepada Allah SWT. Pendidikan anak dari orang tua pun turut berperan. Hal utama yang dibutuhkan dari anak adalah perhatian dan kasih sayang kedua orang tua, bukan harta. Masih banyak orang tua, dalam hal ini ibu yang meninggalkan anaknya yang masih kecil di rumah bersama pembantu sedangkan dirinya mencari nafkah. Memang tidak dilarang seorang perempuan bekerja, tetapi dengan tetap memperhatikan tumbuh kembang anaknya dengan baik. Karena karakter seseorang saat dewasa adalah hasil pendidikan orang tua semasa kecil.

Semoga Bermanfaat. Wallahu alam bis shawab



www.google.com

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Katinona

Senin, 11 Februari 2013

Februari dan Tanggal 14

Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Eh, udah masuk bulan Februari nih. Bentar lagi tanggal 14 Februari. Biasanya di tanggal segitu jalanan dan pertokoan dihiasi warna pink dan coklat.
Udah mulai bisa menebak tema kita minggu ini?

Ya. Valentine’s day. Yang jadi fokus banyak remaja saat memasuki bulan Februari ini. Khususnya yang sedang menjalin hubungan. 

Mungkin kita sudah sering mendengar banyak pertentangan mengenai hari valentine ini. Karena memang tidak ada yang namanya hari valentine dalam Islam. Terlebih lagi jaman sekarang valentine tidak lagi hanya sekedar pemberian coklat pada orang yang disayangi. Tapi kini sudah ditambah dengan  sesuatu yang lebih hina. Ngerti kan maksudnya? #istighfar

Kalau kita bicara tentang valentine’s day saja, sudah banyak kan pembahasannya. Apa bahayanya, kenapa kita (sebagai muslim) tidak boleh ikut merayakan, dan sebagainya. Semua itu sudah banyak pebahasannya dan mungkin akan membosankan kalau itu dibahas juga di sini.

Jadi artikel kali ini tentang apa dong?
Nah kalau teman-teman perhatikan ya, sejak tahun 2012 kemarin ada yang berbeda dengan tanggal 14 Februari. Marak sekali slogan-slogan baru demi melawan yang namanya hari valentine. Pada tau gak?

“14 Februari, Hari Menutup Aurat Internasional”
Wah? Kok ada hari kayak gitu? Emangnya menutup aurat cuma ditanggal 14 Februari aja? Hm, daripada bertanya-tanya mending terusin bacanya. Hehe.

Waktu saya pertama kali mendengar adanya hari menutup aurat tersebut, hal pertama yang terlintas di kepala saya adalah “Lah? Emang nutup aurat cuma satu hari aja ya? Kan harusnya tiap hari. Kok sampai di-khususkan gitu?” tapi setelah saya telaah, saya dapat jawabannya. Alhamdulillah.

Gerakan hari menutup aurat ini dibuat sengaja untuk “melawan” hari valentine. Dibandingkan menebar-nebarkan kasih sayang pada yang bukan mahram, (untuk perempuan) lebih baik kan memulai memantapkan diri untuk berhijab.

Bukan berarti berhijab itu hanya di satu hari saja. Tapi tidak ada salahnya kan, di saat orang lain menggembar-gemborkan hal-hal yang tidak manfaat seperti menebar kasih sayang kepada yang belum tentu mahramnya, kita justru fokus untuk memulai memantapkan diri untuk berhijab, yang memang merupakan perintah wajib bagi setiap wanita muslim di dunia.

Selain itu, dalam Islam, menunjukkan kasih sayang itu kan harus setiap hari, setiap saat. Bukan hanya kepada yang kita sayangi, tapi juga kepada sesama manusia di bumi. Benar begitu, kan? :)

So, buat apa kita cape-cape ikut-ikutan buang-buang uang cuma untuk beliin coklat untuk orang yang bukan mahram kita. Mending kita bagi-bagi jilbab untuk teman-teman akhwat kita yang memang belum menyadari kewajibannya untuk berhijab. Lebih manfaat kan? Bisa jadi ladang dakwah juga. Syukur alhamdulillah kalau kita bisa dapat pahala juga, kan? :)

Dan dari namanya juga  “internasional”, jadi gak cuma di Indonesia gerakan ini dibentuk, tapi juga di luar Indonesia loh!

Ya, semua hal memang pasti ada positif dan negatif, pro dan kontra. Tapi gak ada sama sekali negatifnya saat kita sudah bisa mulai meng-hijab-kan diri kita, ya gak? :)

Dan terakhir, daripada ikut-ikutan tukeran coklat, kalau mau juga mending tanggal 14 Februari itu jadi hari tuker-tukeran tulang. LOH? Kok tulang? Gak ngerti? Liat gambar di bawah ini aja J Hehe.

Sekian, mohon maaf untuk segala kekurangannya. Semoga tetap ada hikmah dan manfaat yang bisa diambil dari artikel yang masih jauh dari sempurna ini :)
Wassalamu’alaikum warahmatullah.

Sabtu, 09 Februari 2013

Kesibukan dan Amanah

Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banyak yang bilang, bahwa salah satu tanda Allah SWT mencintai kita, adalah dengan memberikan kita kesibukan. Tentu, sibuk dalam kebaikan. Dengan sibuk, Dia menjauhkan kita dari hal-hal yang tidak berguna, bahkan dari kemaksiatan. Selain itu, dengan kesibukan dalam kebaikan, nilai guna kita di dunia pun (seharusnya) bisa meningkat, dan ladang panen amal shalih pun makin meluas, tentu bila dimanfaatkan dengan baik.

Kesibukan ini bernama amanah. Amanah untuk bekerja bagi orang banyak, dengan menyisihkan sedikit (bahkan mungkin banyak) waktu untuk diri sendiri, demi kebaikan orang lain.

Rasulullah saw. bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (Ahmad dan Ibnu Hibban)

Amanah biasanya dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Contohnya amanah sebagai presiden, ketua dari suatu organisasi, dll. Sebenarnya secara syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Itulah makna yang terkandung dalam firman Allah swt.: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya; dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil.” (An-Nisa: 58)

Ayat di atas menegaskan bahwa amanah tidak melulu menyangkut urusan material dan hal-hal yang bersifat fisik. Kata-kata adalah amanah. Menunaikan hak Allah adalah amanah. Memperlakukan sesama insan secara baik adalah amanah. Ini diperkuat dengan perintah-Nya: “Dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil.” Dan keadilan dalam hukum itu juga merupakan salah satu amanah.

Jadi sebenarnya amanah, kerjaan, kesibukan, tanggung jawab atau apapun yg sejenis adalah upaya Allah untuk memberikan hikmah dan kebaikan, maka… berbahagialah bagi mereka yg selalu disibukkan dengan tanggung jawab, karena dengannya ia akan tumbuh, menjadi besar, menjadi lebih baik, dan dengannya ia akan terjaga.




Minggu, 30 Desember 2012

Satu Tahun Menjadi "Ayah"

Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Jadi kepala keluarga itu ternyata memang tidak mudah, buktinya selama 1 tahun kebelakang saya mengalami banyak tekanan sebagai kepala keluarga ini. Mulai dari sulitnya menjaga diri ini agar selalu istiqomah di jalan Allah, mengatur kebutuhan anak-anak yang ingin ini itu, menghandle pekerjaan anak-anak yang terabaikan, menyelesaikan konflik diantara anak-anak, sampai menjaga keluarga ini agar tetap harmonis.

Itu semua ternyata tidak ada apa-apanya jika kita selalu menyertakan Allah disetiap usaha kita. Dengan izin dan bantuan dari Allah semuanya pasti lebih mudah. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, semua cobaan itu datang bermunculan satu persatu. Ada yang membuat saya bingung, stress, dan lainnya. Semua campur aduk menjadi satu. Saya berpikir bahwa anak-anak tidak boleh tahu cobaan yang saya hadapi, hiduplah seceria dan sesemangat mungkin. Agar keceriaan dan semnagat anak-anak masih dapat kita jaga.

Kadang langkah itu pun ternyata ada kelirunya. Saya melupakan satu hal, keluarga itu tempat berbagi. Jika ada masalah mari kita selesaikan bersama. Sedih sekaligus gembira, ketika anak-anak itu menasehati saya agar ayah bisa berbagi tentang msalah yang menimpa dirinya. Terima kasih, Nak.

Semua terasa indah ketika kita saling berbagi karena dengan kita saling berbagi, disanalah timbul rasa saling mengasihi dan menyayangi satu sama lain. Berbagi cerita, berbagi keceriaan, berbagi hadiah, semuanya membuat sebuah keluarga menjadi tempat yang paling dirimdukan ketika kita hidup di dunia.

Namun dari semua yang telah terjadi, merasa sedih bercampur bahagia ketika tongkat sebagai ayah bagi keluarga ini akan digantikan. Sedih karena saya merasa belum maksimal menjadi sosok “ayah” bagi keluarga ini. Gembira karena telah ada sosok pengganti “ayah” yang dahulu, yang dulunya sebagai ayah sekarang masih bisa menjadi kakek yang bertugas mengontrol anak dan cucunya. Sebuah ikatan keluarga yang tak kan pernah putus.

Semoga apa-apa yang telah saya kerjakan menjadi seorang “ayah” bagi kalian bisa bermanfaat bagi saya sendiri khususnya dan umumnya kalian selaku “anak-anak”.

Tak lupa sebagai “ayah” di keluarga ini tak lupa saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada keluarga ini, keluarga pengurus FIKA 2011-2012, semoga apa2 yang kalian kerjakan dan kalian lakukan senatinasa mendapat ridho dari Allah SWT, dan Allah balas dengan yang lebih baik.

Dan juga permintaan maaf yang sebesar2nya jika saya sebagai “ayah” dari keluarga ini telah banyak melakukan kesalahan, sering merepotkan, dan kurang bisa mengayomi kalian dengan sebaik mungkin. Semoga ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi saya dan kita semua ke depannya.

Saya sangat bersyukur bisa dpertemukan dengan kalian semua, menjadi hal yang lebih ketika kita membentuk sebuah keluarga yang hanya didasarkan kepada Allah. Sperti keluarga ini.

Karena keluarga ini bukanlah dibentuk atas dasar pertalian darah, ataupun pemberian harta. Tapi keluarga ini dibentuk atar dasar saling mengasihi dan menyayangi karena Allah SWT, insya Allah.

Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan disetiap aktivitas kita semua. Dan semoga kita bisa dipertemukan kembali di Jannah-Nya kelak.


Hatur Nuhun dulur sadayana !

Jazakumullah khairan katsiraa...

Tetaplah terseyum dan jaga semangatmu!

Al Ikhlash!

Sukses Dunia!

Sukses Akhirat!

Insya Allah!

ALLOHU AKBAR!

-Rizki Mahardika Putra-
Ketua FIKA 2012

Posisi Shalat Berjama’ah

Bismillahirrahmaanirrahiim
 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


“Amal pertama yang dihisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah shalat. Dan barangsiapa yang baik (diterima) shalatnya, maka baik (diterima) pula segala amalan yang lain, dan barangsiapa yang rusak (ditolak) shalatnya, maka rusak (ditolak) pula segala amalan lainnya” (HR Thabarani).

Shalat merupakan amalan utama diantara semua amalan yang dilakukan oleh umat muslim diseluruh dunia. Seperti yang disebutkan dalam hadist yang dirwayatkan oleh Thabarani diatas, shalat merupakan amalan pertama yang dihisab dan kualitas serta kuantitasnya menentukan diterima atau tidaknya amalan yang lainnya. Untuk itu, tentunya shalat harus dilakukan dengan tata cara yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Diantara tata cara shalat, pada artikel kali ini akan dibahas salah satu tata cara shalat berjama’ah yakni posisi imam dan makmum yang seringkali terjadi perbedaan pendapat terutama pada shalat berjama’ah yang dilakukan oleh kaum wanita / akhwat.



Hadist mengenai posisi imam dan makmum terdapat dalam hadist yang diriwayatkan oleh beberapa perawi yang dapat dipercaya.

1. 2 Orang Shalat Berjamaah
Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhu:
“Aku shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di suatu malam, aku berdiri di samping kirinya, lalu Nabi memegang bagian belakang kepalaku dan menempatkan aku di sebelah kanannya.” (HR. Bukhari)
2. 3 Orang Shalat Berjama’ah atau Lebih
Hadits Jabir radhiyallahu anhu:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri shalat maghrib, lalu aku datang dan berdiri di samping kirinya. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menarik diriku dan dijadikan di samping kanannya. Tiba-tiba sahabatku datang (untuk shalat), lalu kami berbaris di belakang beliau dan shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad)
Berdasarkan buku Ustadz Aam Amirudin yang berjudul Sudah Benarkahkah Shalatku, tidak ada perbedaan antara tata cara shalat berjamaah laki-laki dan perempuan. Tidak pernah ada hadist khusus yang menyebutkan bahwa kedua hadist shahih diatas di khususkan untuk kaum laki-laki.Adapun hadist dibawah ini menyebutkan posisi shalat wanita yang dikatakan berasal dari Aisyah r.a. merupakan hadist yang kekuatannya lemah.

“Bahwa Aisyah shalat menjadi imam bagi kaum wanita dan beliau berdiri di tengah shaf.” (HR. Baihaqi, Hakim, Daruquthni dan Ibnu Abi Syaibah)

Untuk itu para ulama sepakat bahwa hadist shalat berjama’ah diatas yang diriwayatkan oleh Bukhari serta Ahmad berlaku untuk laki-laki dan perempuan. Allahu’alam bishawab.

-NA-
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...